KKNT-26 UTM Sosialisasikan Pemberdayaan Limbah Sekam Menjadi Briket (Arang) di Desa Pakong

 


    KKNT 26 UTM melakukan sosialisasi kepada Perangkat serta Masyarakat desa Pakong yang juga dihadiri oleh Bapak Camat dari Kecamatan Pakong pada Jum'at, 12 Januari 2024. Acara ini dimulai dengan pembukaan secara semiformal lalu dibuka secara resmi langsung oleh Bapak Camat Pakong dalam sambutannya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi Masyarakat mengenai pengolahan limbah sekam yang bisa dimanfaatkan menjadi barang tepat guna yaitu berupa Briket (Arang).

    Seiring dengan meningkatnya permintaan bahan bakar, maka penambangan fosil pun juga kian meningkat. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis, sehingga diperlukannya suatu bahan bakar alternatif sebagai pengganti. Bahan bakar alternatif sebagai sumber energi yang ramah lingkungan yang dapat digunakan yaitu briket. Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan yaitu sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk yang relatif bermacam-macam dan merupakan salah satu sumber energi yang berasal dari biomassa yang sering digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi dan energi lain yang berasal dari fosil. Salah satu sumber energi biomassa di Indonesia yang potensial adalah limbah pertanian/perkebunan, seperti sekam padi,  jerami, ampas tebu, batang dan bonggol jagung serta limbah-limbah pertanian lainnya. Salah satu limbah pertanian yang cukup potensial untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif di Desa Pakong ini salah satunya adalah Sekam Padi, karena bahan ketersediaannya yang sangat melimpah namun belum dimaanfaatkan secara maksimal oleh warga setempat.

Desa Pakong masuk kedalam potensi untuk dapat melakukan program pemanfaatan limbah sekam padi. Karena menurut tim  Pengabdian Masyarakat 26 Universitas Trunojoyo Madura para warga membuang sisa-sisa limbah sekam padi yang dibuang secara cuma-cuma. Berangkat dari sana tim Pengabdian Masyarakat 26 Universitas Trunojoyo Madura berinisiatif untuk membuat briket dari limbah sekam padi untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif. Briket bioarang merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang sangat berkualitas. Bahan bakar ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi yang sederhana, tetapi panas (nyala api) yang dihasilkan cukup besar, cukup aman dan tahan lama. Karena di Madura sendiri sangat terkenal nya adalah penjual sate, maka sebagai alternatif pengganti arang yaitu adanya briket ini. Jadi keuntungan dari briket ini dibandingkan arang biasa adalah, asap yang dikeluarkan lebih relatif sedikit, karena asap yang dihasilkan arang biasa dapat mengganggu pernafasan dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia dan juga harganya yang relatif murah dalam pembuatannya.

Secara umum, Briket arang dari sekam padi ini disebut juga sebagai Briket bioarang karena dibuat dengan bentuk yang beragam dan ukurannya dengan cara dipress dan memakai campuran perekat. Jadi penggunaan perekat bertujuan agar ikatan antar partikel arang briket menjadi kuat. Bahan utama untuk pembuatan arang diantaranya adalah Sekam Padi, dan perekat, jadi untuk perekatnya sendiri menggunakan tepung tapioka. Untuk alat bahan dan cara pembuatannya bisa dilihat dibawah ini:

Alat dan Bahan

  • Sekam Padi.
  • Tempat pembakaran.
  • Ayakan.
  • Tepung tapioka.
  •  Cetakan (bisa pakai paralon kecil atau cetakan yang lainnya).

Cara Pembuatan

1.     1. Bersihkan sekam padi dan pastikan sudah kering.

2.     2. Sekam padi yang sudah kering dimasukkan kedalam tempat pembakaran.

3.     3Tumbuk dan ayak (pemilahan) arang sekam padi.

4.   4. Lalu campur arang yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi dengan perekat, untuk takaran 3:1 (Tepung tapioka dengan syarat direbus dengan air dulu).

5.    5. Siapkan cetakan briket.

6.    6. Kemudian dilakukannya pengeringan (bisa dengan menjemur di bawah sinar matahari langsung selama 1-2 hari).

7.    7. Pengemasan.

        Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat pembuatan briket sekam padi ini adalah sekam yang mau dibakar harus benar-benar kering, dan pada saat pembakaran sekam tidak boleh sampai menjadi abu semua, proses pencampuran dengan pengental harus pas 3:1, (3 untuk arang dan 1 untuk bahan pengental), proses pembentukan haruslah padat agar pada saat proses penjemuran tidak retak.


No comments:

Post a Comment